Kapolsek Bintan Utara Pulangkan Anak Punk Asal Kota Batam, Ini Sebenarnya Asal-usul Anak Punk
Kepolisian Polsek Bintan Utara memulangkan sejumlah anak punk dan gepeng yang kerap merasahkan warga Tanjunguban Kabuapten Bintan, Provinsi Kepri.
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Thom Limahekin
Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi.
Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Sebagaimana dirilis Tribunnews.com, kerap diidentikan dengan rasisme dan keonaran, anda mungkin tidak berpikir ada Skinhead di Asia.
Tapi di Jakarta, Skinhead cukup berkembang tapi bukan seperti yang mungkin anda kira.
Di sini Skinhead lebih mengeksplorasi soal budaya.
• Download Lagu Boom NCT Dream, Lengkap Lirik Lagu dan Video Klip
• Walikota Batam Ungkap Pertanyaan KPK saat Bersaksi Kasus Gubernur Kepri, Sebut Soal Pasir Laut
• Rupiah Melemah Bersama Sejumlah Mata Uang Asia Lain Terhadap Dolar AS
• Dian Sastro Ungkap Gaji Pertama Usai Lulus Kuliah, Singgung Lulusan UI Tolak Kerja Gaji Rp 8 Juta?
Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).
Skinhead Indonesia seperti Utay menyuarakan nilai-nilai kesetaraan dan nilai para pekerja.
“Skinhead itu berbeda dengan Nazi Skinhead yang juga disebut Bonehead. Skinhead adalah cara hidup. Mereka pahlawan kelas pekerja,” jelas Utay.
Sejak awal 90an, Utay telah mengenalkan Skinhead di Jakarta. Dimulai dengan membuat label rekaman dan toko pakaian Skinhead, yang keduanya dinamakan ‘Warriors’.
Bersama bandnya, The End, dia juga membuat lagu tentang Skinhead. Utay menjelaskan bagaimana awalnya dia berkenalan dengan subbudaya Skinhead.
“Waktu saya tiba di Jakarta belum ada Skinhead. Waktu sekolah di Singapura saya mendapat buku tentang Skinhead. Buku itu saya perlihatkan ke teman saya di Jakarta dan kami mendiskusikannya. Lalu makin banyak yang tertarik,” kata Utay.