Kesedihan Nurhisma yang Berutang Beli Pulsa dan Pinjam Handphone Kawan untuk Belajar Online
Sang anak harus datang ke rumah temannya yang punya smartphone dan membantu biaya pulsa (kuota) internet setiap belajar online dari sekolah
TRIBUNBATAM.id - Sistem belajar online atau daring sudah berlangsung sekira 5 bulan.
Sekolah tak dibuka untuk menghalau penyebaran pandemi Covid-19.
Di balik sistem ini terdapat kisah kelam dialami orangtua siswa.
• Syarat dan Pendaftaran Siswa Baru di Anambas, Dibuka secara Daring dan Luring
• Beda 10 Hari, Kadisdik Karimun Pertimbangkan Opsi Pengumuman Daring untuk Kelulusan Siswa SD dan SMP
• Matahari Tawarkan Belanja Daring saat Pandemi, Tanpa Minimal Belanja Cukup Bayar Ongkir Rp 10 Ribu
Ida (45), seorang ibu asal Kota Tanggerang ini harus berjuang membiayai anaknya bisa belajar online.
Ida adalah warga RT 03 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.

Ia harus pinjam uang ke sana sini agar anaknya bisa belajar daring atau online.
Anaknya bernama Nurhisma, duduk di kelas 2 SMPN 22 Kota Tangerang.
Ia dan buah hatinya ini tak mempunyai ponsel jenis smartphone untuk mengikuti proses belajar online.
"Enggak punya HP, pinjam HP temannya."
"Beliin pulsa untuk internetnya itu juga pinjam uang," ujar Ida saat dijumpai Wartakotalive di kediamannya, Rabu (15/7/2020).
Ida setiap hari mengumpulkan plastik bekas untuk dijual.
Dalam sehari dirinya mendapatkan Rp 20.000 dari hasil menjual plastik sampah itu.
• Mengenal Zoom Fatigue, Perasaan Lelah ketika Sering Melakukan Pertemuan Daring dan Gejalanya
• Jika Sekolah Bisa Gelar Ujian Daring dari Rumah Siswa, UNBK Bisa Tetap Digelar, Tapi…
• Shalat Tarawih Ditiadakan, Masjid Istiqlal Tetap Sediakan Tausiyah via Daring
"Suami saya pemulung, kalau enggak kayak gini dapat uang dari mana lagi?"
"Hitung - hitung bantu suami cari uang," ucapnya.
Ida dan keluarganya tinggal di rumah petakan dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.
Rumah yang ditinggalinya ini milik mertuanya.
"Kalau beli pulsa kami, belum dapat bantuan dari pemerintah," ucap Ida.
Kisah Ida ini juga membuat tetangganya sedih.
Eka (48), salah satu tetangga, kerap meminjamkan uang kepada Ida.

"Memang pinjam uang, biasanya Rp 50.000 ya dikasih saja."
"Kadang juga mau nangis lihatnya."
"Kasihan kalau sampai pinjam ke rentenir," ungkap Eka.
Beli beras saja susah
Sebelumnya diberitakan, Ida (45) tampak sibuk di lapak pemulung dekat rumahnya.
Ia tinggal di RT 03 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Suaminya bernama Mahdi (46), bekerja sebagai pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang.
Sedangkan Ida mengumpulkan plastik sampah untuk dijual kembali.
• Tahun Ajaran Baru di Karimun, Tak Ada Teman Sebangku, Belajar Tatap Muka Bergantian
• Penerapan Belajar Tatap Muka Belum Maksimal, Omzet Penjualan Buku Tulis di Karimun Turun 50 Persen
• SMAN 1 Siantan Anambas Siapkan Protokol Kesehatan Jelang Belajar Tatap Muka 13 Juli 2020
Pasangan suami istri ini mempunyai 2 anak. Anak bontotnya masih berusia 4 tahun.
Sedangkan anak pertama diberi nama Nurhisma.
Nurhisma saat ini duduk di kelas 2 SMPN 22 Kota Tangerang.
"Anak saya enggak punya HP (handphone)."
"Jangankan beli HP, beli beras saja susah," ujar Ida saat dijumpai Wartakotalive di kediamannya, Kota Tangerang, Rabu (15/7/2020).

Saat pandemi seperti ini, proses belajar mengajar melalui online diterapkan pemeritah.
Nurhisma pun terkadang kesulitan mengikutinya lantaran tak mempunyai gadget.
"Saya orangtuanya juga enggak punya HP."
"Anak saya paling kalau belajar ke rumah temannya," ucap Ida.
Ida menyebut buah hatinya itu sering kali mendatangi rumah teman sekolahnya.
Nurhisma meminjam ponsel temannya itu untuk mengikuti pembelajaran daring.
• Ditentukan Pihak Sekolah, Tidak Ada Ujian Akhir Sekolah Tatap Muka di Karimun Akibat Virus Corona
• Kemendikbud Izinkan Daerah Zona Hijau Untuk Kembali Bersekolah Tatap Muka
• Pilkada Minim Kampanye Tatap Muka, Cyber Polres Intai Media Sosial
"Paling ngeluarin duit untuk bantu pulsa buat internet ke temannya," katanya.
Menurutnya, saat ini dirinya belum tersentuh bantuan pemerintah, khususnya dalam proses belajar mengajar online ini.
"Belum dapat bantuan pulsa. Saya sehari kumpulin plastik dapat Rp 20.000."
"Kalau suami saya juga pendapatannya enggak nentu karena pemulung," ungkap Ida.
Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim berniat mematenkan pembelajaran jarak jauh meski pandemi virus corona usai.
Sejak Maret lalu, semua sekolah hingga perguruan tinggi memberlakukan pembelajaran jarak jauh, alias belajar dari rumah.
Pandemi corona atau Covid-19 membuat proses pembelajaran jarak jauh jadi satu-satunya opsi.
Mendikbud Nadiem Makarim pun menyebut, pembelajaran jarak jauh tetap akan diberlakukan meski pandemi Covid-19 berakhir.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, metode pembelajaran jarak jauh nantinya bisa diterapkan permanen seusai pandemi Covid-19.
Menurut analisis Kemendikbud, pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar akan menjadi hal yang mendasar.
"Pembelajaran jarak jauh, ini akan jadi permanen."
"Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model."
"Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (2/7/2020).
Dia mengatakan, pemanfaatan teknologi ini akan memberikan kesempatan bagi sekolah melakukan berbagai macam modeling kegiatan belajar.
"Kesempatan kita untuk melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan software dengan aplikasi."
"Dan memberikan kesempatan bagi guru-guru dan kepala sekolah dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model atau school learning management system."
"Itu potensinya sangat besar," tuturnya.
Menurut Nadiem, hal ini terbukti dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19.
Ia menilai, para guru dan orang tua akhirnya mencoba beradaptasi dan bereksperimen memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar.
"Walau sekarang kita semua kesulitan beradaptasi dalam PLJ."
"Tapi, belum pernah dalam sejarah Indonesia kita melihat jumlah guru dan kepala sekolah yang bereksperimen."
"Dan orangtua juga bereksperimen beradaptasi dengan teknologi," ucapnya.
"Jadi ini merupakan sebuah tantangan dan ke depan akan menjadi suatu kesempatan untuk kita," kata Nadiem.
• Keluhan Anak Nelayan di Pulau yang Harus Belajar Daring, Gak Punya HP Bahkan Internet
• Siswa Kota Gurindam Masih Belajar via Daring, Orangtua Waswas Anak Masuk Sekolah di Masa Pandemi
• Mengapa Jenuh Belajar Daring dari Rumah?
(*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Demi Anak Belajar Online, Warga Tangerang Ini Berutang untuk Beli Pulsa, Handphone Pinjam