Bentrok Berdarah KLB Sibolangit! Elite Demokrat Bertanya di Mana Negara: Begal Partai Dibiarkan!
Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng mempertanyakan kehadiran negara dan Polri dalam kerumunan acara KLB di Sibolangit
TRIBUNBATAM.id - Bentrok Berdarah KLB Sibolangit! Elite Demokrat Bertanya di Mana Negara: Begal Partai Dibiarkan!
Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut) berimplikasi luas.
Tak hanya pemecatan terhadap kader yang datang, Istana ikut terbawa-bawa.
KLB yang memilih Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum,
dianggap abal-abal dan ilegal oleh elite DPP Partai Demokrat kubu AHY.

Sikap Moeldoko yang mendadak hadir di Demokrat pun dianggap tak etis.
Serangan poitik terjadi ke mantan Panglima TNI itu.
Menariknya kritik tak cuma datang dari luar Istana, tetapi datang dari orang-orang yang selama ini sangat mendukung Jokowi.
Baca juga: Ali Mochtar Ngabalin Pasang Badan, Tak Terima Andi Mallarangeng Libatkan Jokowi soal Kudeta Demokrat
Baca juga: Moeldoko Terkenal! Dicap Beban Istana Masuk Kisruh Demokrat, Relawan Jokowi Desak Kepala KSP Mundur
Baca juga: Peserta KLB Demokrat Tobat Minta Maaf ke AHY, Bongkar Keganjilan, 3 Kali Teken Surat Bermaterai
Singgung KLB tak berizin
Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng mempertanyakan kehadiran negara dan Polri
dalam kerumunan acara Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat kubu Moeldoko Cs di Deliserdang, Sumatera Utara pada Jumat (5/3/2021).
Ia mempertanyakan tidak adanya pembubaran dari pihak yang berwenang terkait kegiatan tersebut.
Apalagi, acara itu digelar di tengah pandemi Covid-19.
"Nyatanya walaupun KLB itu tidak ada izin dari Polri,
tetap terlaksana, tidak dibubarkan.
Ketika kader kami ingin membubarkan KLB tersebut malah dihalangi.
Jadi bagaimana ini, di mana negara pada saat itu?
Dimana demokrasi bisa ditegakkan," kata Andi dalam diskusi daring, Sabtu (6/3/2021).

Partai Demokrat, kata Andi, menduga presiden Jokowi membiarkan adanya praktik kudeta partai yang dilakukan oleh orang dekatnya di istana.
Atas dasar itu, kegiatan KLB Demokrat kubu Moeldoko Cs dibiarkan tetap berlangsung.
"Masa sih pak Jokowi membiarkan orang yang dekat dengan dia
menjadi begal partai atau begal politik semacam itu secara tidak bermartabat.
Ketika orang dan kekuasaan mengintervensi partai orang lain yang berada di luar pemerintahan
apakah kepentingan pribadi atau pasifikasi kepada partai yang sedang beroposisi," ujar dia.
Baca juga: Drama KLB Demokrat: Bentrokan Berdarah, Tarian Perang hingga Kepala Staf Kepresiden Moeldoko Menang!
Baca juga: Hari Ini Dua Kubu Partai Demokrat, Moeldoko dan AHY akan Datangi Kemenkumham, Ini Tujuannya
Di sisi lain, dia mempertanyakan sikap diam Presiden Jokowi dalam isu pengambilalihan kepemimpinan partai Demokrat tersebut.
"Dia (Moeldoko) mengaku didukung oleh Pak Lurah dan didukung sejumlah menteri yang lain.
Maka kami mengirim surat untuk bertanya kepada Presiden Jokowi karena kan dia bosnya tuh.
Benar nggak kata-kata Pak Moeldoko ini bahwa dia sepengetahuan dia Pak Jokowi dan disetujui sejumlah menteri.
Kita tidak percaya," jelas dia.
Diminta mundur dari KSP
Ketua Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer atau Noel menilai keterlibatan Moeldoko akan ikut menyeret nama Jokowi dan berdampak buruk pada istana.
"Mau tidak mau, pasti akan berdampak pada Jokowi, karena posisi Moledoko Kepala Staf Presiden (KSP)," kata Noel, Senin, (8/3/2021).
Menurut dia agar Presiden Jokowi tidak terus terseret pada masalah Partai Demokrat,
maka seharusnya, Moeldoko mundur dari jabatan KSP.

Noel mengatakan tidak ada cara lain lagi selain mundur
karena Moeldoko sudah didapuk sebagai Ketum Demokrat Versi Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar oleh kader yang kontra Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Narasi tuduhan bahwa Jokowi terlibat di KLB Demokrat akan semakin liar jika Moeldoko tetap di Istana.
Sementara Presiden Jokowi sendiri tentunya akan penuh pertimbangan untuk memberhentikan," kata Noel.
Menurut Noel, posisi Jokowi saat ini dilematis.
Presiden tidak ingin memihak salah satu kelompok yang bertikai, baik kubu SBY atau Moeldoko.
Baca juga: Jokowi Terseret Gegara Aksi Moeldoko di Demokrat! Evaluasi Kepala KSP, Dicap Rusak Sistem Kepartaian
Baca juga: SELAMAT! Jenderal Purn Moeldoko Ketum Demokrat KLB Sibolangit, Tarian Perang Sambut Peserta Kongres
Oleh karena itu, Moeldoko harus berjiwa ksatria untuk menjaga agar Presiden
tetap fokus menjalankan pemerintahannya dengan mundur dari jabatan KSP.
"Kalau memberhentikan Moeldoko nantinya SBY merasa girang
dan menang secara politik maka pilihanya adalah harus berpihak pada pilihan yang sangat demokratis
yaitu membiarkan persoalan internal demokrat bisa di selesaikan di internal demokrat itu sendiri," katanya.
Noel juga meminta Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk tidak membuat narasi seakan-akan pihak istana mendzolimi Demokrat.
Sebaiknya kata dia, SBY fokus pada konsolidasi partai yang saat ini sedang kisruh.
"Konflik demokrat seperti besok sudah mau Pilpres saja," pungkasnya.

Tidak ada masalah
Polemik terkait terpilihnya Jenderal (Purn) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam KLB Deliserdang
dan kini masih menjabat sebagai Kepala Kantor Staf Kepresidenan terus berkembang.
Pengamat Politik Saiful Huda Ems mengatakan menjadi Kepala KSP sekaligus menjadi Ketua Umum Partai Politik bukanlah bentuk dari dualisme jabatan.
"Kepala KSP merupakan bentuk jabatan (pejabat pemerintahan),
namun ketua umum parpol bukanlah bentuk dari jabatan (bukan termasuk pejabat pemerintahan),
karena itu menjadi Kepala KSP sekaligus menjadi ketum partai bukanlah bentuk dari dualisme jabatan.
Jadi tidak ada masalah dan tidak perlu dipermasalahkan," kata Saiful Huda melalui pesan tertulisnya, Ahad (6/3/2021).
Menurutnya, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Parpol harus mengacu pada Undang-Undang (UU) Parpol dan Konstitusi.
Kalau tidak maka AD/ART parpolnya yang bermasalah atau kepengurusan sebelumnya yang bermasalah, dan bukan KLB-nya yang bermasalah.
Sebab AD/ART bukan hanya masalah internal partai, namun juga masalah eksternal partai.
"Semua AD/ART Parpol harus tunduk pada hukum negara.
Baca juga: Mahfud MD Beri Tanggapan Kisruh Partai Demokrat, Sebut AHY Masih Ketua Partai, Bukan Moeldoko
Berbeda dengan urusan KLB atau sengketa Kepengurusan Parpol,
itu merupakan persoalan internal Parpol dan Kemenkumham (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia) serta PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara)
hanya bertindak sebagai wasit dan juri saja, jika itu diumpamakan sebuah pertandingan olah raga," kata Saiful yang juga Praktisi Hukum ini.
Saiful yang juga mantan pengurus Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Jerman itu mengungkapkan,
jika KLB Partai Demokrat Deli Serdang merupakan upaya untuk merivisi AD/ART Partai Demokrat
dan untuk mengoreksi manajemen serta mengganti kepengurusan Partai Demokrat sebelumnya yang lebih sesuai dengan UU Parpol dan Konstitusi,
maka hasil KLB Deli Serdang dapat dianggap sebagai yang sah.
Baca juga: Singgung Pemerintah Jokowi, Istri AHY Buka Suara Ditunjuknya Moeldoko jadi Ketum Demokrat versi KLB
Dikatakan, apabila nantinya Kemenhukam mensahkan Kepengurusan Partai Demokratdari hasil Kongres Deliserdang,
maka Kepengurusan Partai Demokrat versi Cikeas bisa menggugat putusan Kemenhukham ke PTUN.
"Sebelum memberikan putusan soal pengesahan,
Kemenhukam biasanya akan memediasi kedua belah pihak yang bersengketa, pun demikian dengan PTUN," kata Saiful.
Sebelumnya seperti dikutip dari Kompas TV, Pengamat politik, Yunarto Wijaya mengkritisi terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Demokrat di Deliserdang.
Menurutnya, terpilihnya Moeldoko hanya akan membawa beban bagi pemerintahan Jokowi saat ini.
Terutama, karena Moeldoko berada dalam lingkaran istana.
Baca juga: TAK Ada Demokrat Kepri ke Sumut, Gelar Konsolidasi di Batam
"Sebaiknya Moeldoko mundur dan tidak rangkap jabatan dalam hal ini dan menjadi uji demokrasi dalam hal ini," katanya.
Direktur Eksekutif Charta Politika ini juga menambahkan,
bahwa Presiden Jokowi dapat menawarkan Moeldoko untuk mundur secara baik-baik,
sehingga ia dapat memilih untuk membesarkan partai.
"Di sisi lain, Pak Jokowi juga bisa memilih orang untuk bisa membantu dirinya dalam situasi pandemi ini," ujarnya.
Baca juga: Drama KLB Demokrat: Bentrokan Berdarah, Tarian Perang hingga Kepala Staf Kepresiden Moeldoko Menang!
Baca juga: Deretan Kata Pengamat Politik Soal Konflik Partai Demokrat: KSP Itu Bukan Alat Politik
Baca juga: KLB Demokrat Sibolangit Ditentang, Ketua DPC Dibujuk Uang 100 Juta, Kader Partai Lain Ikut-ikutan
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Agar Presiden Tidak Terseret Kisruh Partai Demokrat, Moeldoko Diminta Mundur dari KSP
(*)