Ruhut Bela Mati-matian Moeldoko di Mata Najwa, Sebut Soal 'Anjing Penjaga': Semut Diinjak Mengigit

Politikus PDIP yang juga eks kader Demokrat membertanyakan sikap Demokrat kubu AHY yang kerap memojokkan nama Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko

Instagram
Ruhut Bela Mati-matian Moeldoko di Mata Najwa, Sebut Soal 'Anjing Penjaga': Semut Diinjak Mengigit. Foto Najwa Shihab 

"Banyak yg menghubungi Aku “Anjing Penjaga” Partai Demokrat yg mana ?,

tegas Aku jawab PD yg waktu sebagai partai Terbuka Moderen Nasionalis Relegius jadi bukan PD yg Dinasty

Aku katakan PD sekarang hanya satu yg Ketua Umumnya Pak Moeldoko yg satu lagi sudah Demisioner MERDEKA," tulis Ruhut.

Baca juga: Kekayaan Apri Sujadi yang Dipecat AHY Dari Demokrat, Kini Usung Moeldoko

Baca juga: AHY Berangus Pengkhianat Demokrat, Tak Cuma Apri Sujadi Terdepak, Ini Daftar Pecatan Pengikut KLB

Baca juga: Blak-blakan Petinggi Demokrat Dinego Duit Rp 1 Miliar, Saya Ditelpon Untuk Ikut KLB Haram itu

Selain itu, Ruhut juga mengingatkan kepada pihak-pihak yang meminta Presiden Joko Widodo untuk memecat Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

"Tolong yg tdk mengerti permasalahan di Partai Demokrat tutup mulut jgn sok pintar apalagi coba2 menyuruh Presiden RI ke 7 Bpk JOKOWI memecat KSPnya Bpk Moeldoko,

ingat yg terjadi di PD ini KARMA yg bicara Aku mantan Kader PD yg waktu Berjayanya sebagai Anjing Penjaga MERDEKA," tulisnya.

Ruhut Sitompul meminta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak menambah beban Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan persoalan internal Partai Demokrat.

"Pak Jokowi itu presiden kita loh.

Jangan kita tambah beban lagi permasalahan di dalam rumah tangga Demokrat.

Pak Jokowi lagi membenahi kaitan dengan pandemi,

masalah ekonomi dan sebagainya, beliau sedang kerja keras," kata Ruhut saat dihubungi, Jakarta, Rabu (3/1/2021).

Ruhut yang saat ini kader PDI Perjuangan menyebut

AHY telah bersikap kekanak-kanakan, padahal dirinya merupakan Ketua Umum Demokrat.

Majelis sidang KLB memberikan keterangan pers tentang hasil rapat yang melengserkan AHY dari kuris Ketua Umum Partai Demokrat dan membubarkan Majelis Tinggi yang diketuai SBY, Jumat (5/3/2021).
Majelis sidang KLB memberikan keterangan pers tentang hasil rapat yang melengserkan AHY dari kuris Ketua Umum Partai Demokrat dan membubarkan Majelis Tinggi yang diketuai SBY, Jumat (5/3/2021). (TRIBUN MEDAN / M FADLI TARADIFA)

"Sudahlah, saya katakan kekanak-kanakan karena dia melempar polemik tapi tidak menyebut nama-nama, itu kan tidak baik," ucap Ruhut.

"Sekarang disebut (nama-nama),

meski bukan dia yang sebut,

orang-orang sekitar dia.

Mestinya dia yang ngomong sebagai ketua umum,

ambil alih dan jangan bikin surat ke Pak Jokowi," sambung Ruhut.

Selain membawa Presiden ke dalam persoalan internal Demokrat,

Ruhut juga menyayangkan beberapa politikus partai berlambang Mercy menyebut nama Moeldoko sebagai pihak penggerak kudeta.

"Pak Moeldoko itu tidak bisa disalahkan,

beliau sebagai pejabat negara,

ada yang tidak senang dengan AHY datang ke rumahnya, curhat," ucap Ruhut.

Ruhut pun menyebut tuduhan kepada Moeldoko dikaitkan dengan Pemilu 2024 sangat tidak mendasar.

"Banyak pernyataan, seolah beliau mau pakai Demokrat sebagai perahu Capres 2024, aduh masih jauh.

Jangan ngarang cerita, apalagi disebut tiap cabang dikasih Rp 100 juta, bener gak itu?

Itu kan yang belum tentu benar, jangan diomongin, nanti malah fitnah," kata Ruhut.

Karena itu, Ruhut meminta AHY bersikap bijaksana sebagai pemimpin partai,

dan melakukan pemanggilan pihak-pihak internal Demokrat yang diduga melakukan rencana kudeta.

"Panggil mereka, tidak usah ribut-ribut di media, apalagi gosip,

akhirnya menyerang Pak Jokowi, serang Pak Moeldoko. Itu tidak baik," ucap Ruhut.

Diminta Bujuk Moeldoko

Ruhut Sitompul mengaku sempat diminta beberapa kader partai berlambang bintang Mercy

untuk membujuk Moeldoko menjadi ketua umum Demokrat.

"Mereka cerita ke saya, kan saya dekat dengan Pak Moeldoko.

Mereka bilang, abang dong bantu biar Pak Moeldoko mau jadi ketua umum,

kalau mau, kami mau melakukan KLB (Kongres Luar Biasa)," ujar Ruhut Sitompul saat dihubungi, Jakarta, Rabu (3/2/2021).

Menurutnya, permintaan tersebut disampaikan secara langsung

saat dirinya berkunjung ke daerah dan ada juga kader daerah yang menghubungi lewat telepon.

"Bahkan mereka bilang, abang baliklah (ke Demokrat),

saya bilang tidak bisa, saya sudah jadi kader PDI Perjuangan," ucap Ruhut.

Ruhut melihat, sebagian kader yang ada di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Demokrat,

menginginkan adanya KLB karena mengeluh dengan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Keluhan kader daerah, kata Ruhut, tidak berani disampaikan secara langsung ke DPP Demokrat,

tetapi hanya bisa curhat kepada dirinya dan senior lainnya yang saat ini ada empat faksi ingin adanya KLB.

"Memang betul ada empat faksi itu.

Tapi sekarang saya kaget, faksi ini bergabung dan menjadikan AHY musuh bersama,

mereka datang ke saya juga, menyampaikan keluhan daerah soal macam-macam," kata Ruhut.

"Tapi saya bilang ke mereka, saya harus batasi,

karena saya sekarang berterima kasih kepada Ibu Megawati Soekarnoputri,

saya sudah kader PDI Perjuangan," sambung Ruhut.

Ruhut Dipecat Demokrat

Dewan Kehormatan Partai Demokrat memutuskan Ruhut Sitompul dipecat dari keanggotaan partai.

Wakil Ketua Dewan Kehormatan Demokrat, Denny Kailimang mengatakan,

kasus Ruhut telah disidangkan empat kali.

Keputusan pemecatan diambil dalam sidang Dewan Kehormatan Demokrat pada 24 Oktober 2016.

Anggota Komisi III DPR itu dianggap memiliki sikap yang bertentangan dengan kebijakan-kebijakan partai,

salah satunya terkait Pilgub DKI Jakarta 2017.

"Sudah keluar keputusan dari Dewan Kehormatan.

Itu pemecatan dari keanggotaan Partai Demokrat," tutur Denny saat dihubungi, Kamis (27/10).

Ruhut dianggap melanggar kode etik yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai serta Pakta Integritas.

Keputusan Wanhor itu akan ditindaklanjuti oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai.

Ia memastikan keputusan Dewan Kehormatan tak akan berubah di tingkat DPP.

"Itu tinggal pelaksanaannya saja. Sesuai dengan AD/ART," ucap Denny.

Adapun Ruhut mengatakan,

pihak-pihak yang menyebutkan dirinya dipecat hanya mau mencari ketenaran.

"Yang bisa mecat siapa? Ketua umum.

Ini kan orang-orang yang ngomong kan yang nyari beken.

Wartawan juga jeli dong.

Siapa yang bisa mecat?

Ada enggak suratnya?

Kan enggak ada," ucap Ruhut.

Ruhut sebelumnya mengaku akan mundur sebagai anggota DPR.

Langkah itu akan dilakukannya pada masa reses DPR 28 Oktober 2016.

Surat pengunduran diri akan disampaikan Ruhut kepada Demokrat pada masa reses.

Ruhut mengaku memilih mundur agar total memenangi pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017.

Sementara, Demokrat mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni.

"Saya reses ini nanti akan mengundurkan diri.

Karena saya mau fokus.

Ibarat pepatah aku mandi basah,

tidak pernah setengah-setengah," kata Ruhut.

Ruhut juga mengaku sudah dibujuk sejumlah partai politik dan menawarinya bergabung.

Namun, ia mengaku tidak lagi memiliki niat menjadi anggota DPR periode selanjutnya.

"Ini terakhir.

Jangan lihat di 2019 ada nama aku jadi caleg.

Aku tidak mau lagi di Senayan jadi anggota DPR," kata politisi dari daerah pemilihan Sumatera Utara itu.

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Bela Mati-matian Moeldoko di Mata Najwa, Ruhut Sitompul : Semut Diinjak akan Mengigit dan Tribunnews.com dengan judul Ruhut ke AHY: Pak Jokowi Itu Presiden, Jangan Tambahi Bebannya Urusan Rumah Tangga Partai Demokrat serta Cerita Ruhut Sitompul Diminta Bujuk Moeldoko Jadi Ketua Umum Demokrat

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved