BINTAN TERKINI
Dilema Pembuat Tahu Pulau Bintan, Pilih Tak Naikkan Harga saat Harga Kedelai Meroket
Naiknya harga kacang kedelai begitu dirasakan pembuat tahu Pulau Bintan, Provinsi Kepri. Bagaimana cara mereka bertahan dalam situasi sulit ini?
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Septyan Mulia Rohman
BINTAN, TRIBUNBATAM.id - Kondisi naiknya harga kedelai membuat produsen tahu dan tempe di tanah air terpukul.
Meski bangga memiliki makanan khas Indonesia ini, nyatanya bahan bakunya berupa kacang kedelai masih bergantung pada Amerika Serikat (AS).
Kementerian Perdagangan sebelumnya mempertegas naiknya harga kedelai yang naik karena mengikuti pasar internasional.
Kenaikan terjadi tidak hanya akibat ketidakpastian cuaca, melainkan juga inflasi bahan makanan di Negeri Paman Sam sebagai salah salah satu eksportir utama kedelai dunia.
Sejumlah produsen tahu dan tempe pun bersikap dengan naiknya harga kacang kedelai ini.
Ada yang mengurangi produksi mereka, memperkecil ukuran tahu dan tempe dari biasanya.
Hingga tak beroperasi untuk sementara waktu.
Baca juga: Harga Kedelai Melonjak, Apakah Harga Tahu dan Tempe di Batam Ikut Naik?
Baca juga: Cara Menjaga Pola Makan yang Baik untuk Usia 40 Tahun-an agar Tetap Bugar dan Awet Muda
Keluhan akan naiknya harga kacang kedelai juga dialami produsen tahu di Kelurahan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan.
Misman salah satunya. Pria yang akrab disapa Pakde ini mengaku, naiknya harga kedelai sudah terjadi secara drastis sejak 2022.
Produsen tahu yang berlokasi di Kampung Karang Rejo,Kelurahan Kawal di Kecamatan Gunung Kijang ini mendapat bahan baku kacang kedelai dari negeri jiran Malaysia.
Ia membeli bahan baku kedelai dari salah satu tauke kacang kedelai di Tanjunguban, Kecamatan Bintan Utara.
Memasuki tahun 2022 harga kedelai naik hingga Rp 575.000 ribu per kampet atau isi 50 Kg.
"Padahal di tahun 2021 lalu,harganya masih di kisaran Rp 530.000 sampai Rp 540.000 ribu perkampet," ungkapnya, Kamis (17/2/2022).
Kondisi ini menurutnya semakin naik jika mendekati puasa atau hari besar lainnya, semisal lebaran.
Kalau sudah begini, harganya kembali melonjak hingga Rp 600 ribu per kampet.
Baca juga: Batam Bukan Penghasil Kedelai, Disperindag Surati Kemendag Soal Kenaikan Harga Kedelai
Baca juga: 7 Manfaat Susu Kedelai Bagi Kesehatan, Bikin Jantung Sehat hingga Redakan Stres
"Soalnya harganya dari tahun ketahun selalu mengalami kenaikan mulai dari Rp 10 ribu ke atas. Kalau stok aman terus,yang penting ada duit," sebutnya.
Misman pun tak menaikkan harga tahu buatannya meski harga bahan baku kacang kedelai tengah meroket.
Menurutnya, persaingan sesama produsen tahu sangat ketat.
Selain banyak produsen baru, mereka juga berani menjual dengan harga murah.
Di tengah harga bahan baku kedelai naik, Misman juga mengaku bahwa produksi kedelainya berkurang dari 40 kilogram menjadi 30 kilogram perhari.
Misman juga menyebutkan, bahwa dari 30 kilogram kedelai yang di produksi perhari ini menghasilkan 4-5 cetakan tahu.
Proses pembuatan tahu diakuinya memang lumayan memakan waktu lama, yakni mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
Sebab bahan kacang kedelai yang akan digunakan untuk membuat tahu ini harus direndam terlebih dahulu.
Setelah itu digiling, saring dan dimasak.
Baca juga: Resep Lontong Cap Go Meh Khas Imlek, Gurih dengan Taburan Bubuk Kedelai
Baca juga: Kisah Suami Istri 11 Tahun Jadi Pengusaha Tahu di Anambas Bertahan saat Harga Kedelai Naik
Berikutnya baru dicetak dan dipotong-potong untuk selanjutnya dijual.
Dalam satu cetakan jika di potong-potong ada 150 biji tahu.
"Kalau untuk harga 1 biji itu saya jual sekarang Rp 800 per biji. Lumayanlah mas untuk kebutuhan hidup pendapatannya," ucapnya.
Misman menyebutkan kalau beberapa tahun lalu pelanggannya sampai Tanjungpinang dan daerah Bintan.
"Tetapi saat ini pelanggan saya hanya di Bintan saja, dan rata-rata pemilik warung daerah Kelurahan Kawal Saja. Ada juga warga yang langsung datang kemari untuk membeli," jelasnya.
Misman pun berharap kepada Pemerintah Daerah untuk memberikan subsidi kepada usaha pembuat tahu atau tempe.
Sebab selain dirinya, sejumlah usaha pembuat tahu juga pada ngeluh dengan harga kedelai yang terus naik.
"Dulu puluhan tahun masih saya ingat ada subsidi kupon yang didapatkan usaha pembuat tahu ketika hendak membeli kedelai. Tapi sekarang tidak ada lagi. Makanya kami berharap kepada pemerintah daerah bisa memberikan subsidi untuk meringankan kita," harapnya.(TribunBatam.id/Alfandi Simamora)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Bintan