Zuriani Penganyam Ketupat dari Anambas: Ketupat Garam Sebuku Paling Dicari Jelang Lebaran

Di balik ketupat itu, ternyata ada kisah menarik dan unik sebagaimana yang terjadi pada Zuriani, wanita pengayam ketupat di Kabupaten Anambas.

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Thom Limahekin
TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak
ZURAINI - Potret Zuraini penjual anyaman ketupat musiman di Pasar Inpres Tarempa, Anambas, Jumat (21/4/2023) sore. 

"Kalau kulit ketupat yang saya anyam bentuknya bervariasi. Ada ketupat jantung pisang, ketupat bawang, ketupat garam sebuku dan ketupat lupis. Biasa itu istilah penyebutan orang melayu sini," ujar Zuriani.

Ketupat garam sebuku menjadi idola bagi warga Anambas, lantaran campuran beras dan santan kelapa yang dimasak nantinya jauh lebih berlemak.

"Kalau orang sini suka pakai itu, karena rasanya lebih enak dan berlemak. Tapi kalau banyak yang dicari jenis kulit ketupat biasa," jelas Zuriani.

Wanita berkacamata itu mengenang, dirinya sudah terampil menganyam ketupat bersama almarhum orang tuanya sejak kecil.

"Udah biasa karena orang tua dulu juga jualan begini. Saya juga bisa buat anyaman tikar dan tampah beras dari bambu," ungkap Zuriani.

Zuriani siang itu ditemani anak perempuan bontotnya berjualan. Dia mengaku akan menutup lapak kiosnya lebih awal, karena berjanji akan pulang cepat ke rumah mengurus suaminya.

Baca juga: Jelang Idul Fitri 1444 Hijriah Pedagang Ketupat di Batam Raup Rp 700 Ribu Per Hari

KETUPAT LEBARAN - Herman dan dua rekannya sedang menganyam ketupat di Tanjung Pantun Jodoh, Kota Batam.
KETUPAT LEBARAN - Herman dan dua rekannya sedang menganyam ketupat di Tanjung Pantun Jodoh, Kota Batam. (TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)

"Biasanya bapak yang selalu nemanin jualan kan. Tapi ini lagi sakit di rumah, semalam demam tinggi. Ini nanti mau pulang cepat saya," tutur Zuriani.

Pada Lebaran tahun ini pun, tak banyak ketupat yang Zuraini jual. Hal itu terlihat jelas dari hanya satu dan dua renteng anyaman ketupat yang menggantung di atas meja dagangannya.

Biasanya belasan pelepah dianyamnya, kini hanya 5 sampai 10 pelepah daun kelapa saja.

"Gak bisa banyak buat, karena lagi sibuk bantu bedah atap rumah, paling kalau ada yang nak nitip jual ya saya tampung saja buat nambah-nambah," terang Zuriani. (TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved