RAZIA DI BATAM

Razia di Batam VIRAL, Badut Sampai Terjebak Lumpur Dekat Waduk Sei Ladi

Razia di Batam viral di medsos. Seorang badut sampai terjebak dalam lumpur dekat kawasan waduk Sei Ladi.

TribunBatam.id/Argianto DA Nugroho
RAZIA DI BATAM - Razia di Batam. Tampak badut yang masuk lumpur dekat kawasan waduk Sei Ladi, Sabtu (17/2/2024). 

Kedua sistem penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Batam. Agar seluruh masalah sosial dapat ditangani pemerintah sehingga tak ada lagi komplain dari masyarakat Kota Batam. Dalam masalah penanganan ini, sumbernya ada dua, yaitu hasil razia patroli. Dan rujukan pribadi, seperti perorangan kantor, individu, perusahaan, masyarakat, media sosial dan lainnya.

Karena keterbatasan karyawan, Dinsos-PM sudah membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC). Pihaknya merekrut 14 orang khusus ditambah 12 orang BKO. TRC ini kerja selama 24 jam secara shift. Buka selama 24 jam atas laporan mayarakat.

Baca juga: Razia di Batam Terkini, Polisi Sasar Balap Liar Hingga Penggunaan Knalpot Racing

"Misalnya ada laporan terkait ODGJ, anak jalanan, gelandangan dan lainnya melalui Call Center lalu TRC langsung ke lokasi ," ujar Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos-PM) Kota Batam Leo Putra.

Setelah diamankan oleh tim, Dinsos-PM sudah menyiapkan shelter dan kantor. Memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang lengkap.

"Ini baru penanganan," ujar Mantan Sekdis Dinsos-PM ini.

Ketiga, adalah sistem Pembinaan PMKS di Kota Batam. Leo menuturkan Batam memiliki Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) P2PMKS. Ada di Nilam Suri, yang memiliki fasilitas lengkap. Seperti salon, bengkel, dapur, tempat tidur dan lainnya.

"Apa yang kita tangani di sistem kedua ada solusi di sistem ketiga. Kalau masalah sosial ada Peksos (Pekerja Sosial). Sudah kita gaji 4 orang termasuk 1 psikolog juga. Kita gaji juga 3 orang pengasuh, tukang dapur 2 orang untuk siapkan makan," paparnya.

Baca juga: Razia di Batam Sasar Knalpot Brong Sita 24 Sepeda Motor

Ia menambahkan seluruh dana dalam pelaksanaan ini menggunakan APBD Kota Batam. Hasil assement ini biasanya berbeda. Ada yang dikembalikan ke asalnya, ada yang masuk ke panti asuhan, ada juga yang dikembalikan ke rumahnya apabila di Batam, ada yang ODGJ diobati.

"Walaupun anggaran kita terbatas, sistem kerja harus tetap jalan. Kita juga terbuka apabila ada CSR perusahaan di Batam," katanya.

Leo berharap ketiga sistem kerja ini bisa berjalan dengan baik. Sehingga permasalahan sosial di Batam bisa ditangani dan meminimalisir angka kemiskinan di Batam.(TRIBUNBATAM.id/Roma Uly Sianturi)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved