Feature

Isye Pengrajin Songket Khas Anambas Kepri, Karyanya Diminati Warga Singapura dan Thailand

Isye, lansia pengrajin songket khas Anambas. Karyanya sudah sampai ke Singapura dan Thailand

|
TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak
PENGRAJIN SONGKET - Potret Isye Kurnia Ningsih pengrajin songket Anambas saat ditemui di kampung tenun Mak Eteh, Jumat (7/2/2025) 

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Siang itu, Jumat 7 Februari 2025, suara hentakan kayu bersahut-sahutan memekak dari sebuah rumah petak di Desa Tarempa Selatan, Anambas.

Dua orang perempuan, satu di antaranya sudah lanjut usia (lansia) duduk di bangku kayu menghadap alat yang menjadi sumber bunyi hentakan.

Mengenakan baju gamis hitam dipadu hijab biru gelap, perempuan lansia dengan tangannya yang tak lagi muda itu terlihat sibuk menepuk motif ke permukaan lembar kain dengan alat kayu balok.

Gerakkannya sudah tak selihai dahulu. Meski pelan, hasil karya buatan tangannya masih begitu mempesona, dilirik para wisatawan asing maupun warga dalam dan luar Anambas.

Baca juga: Pemkab Lingga Kepri Tambah 20 Pengrajin Tudung Manto, Penuhi Permintaan Pasar

Ya, dia adalah Isye Kurnia Ningsih, perempuan berusia 64 tahun yang masih eksis membuat kain olahan songket Anambas.

Tempat olahan tenunan Isye di Anambas memiliki nama sohor kampung tenun "Mak Eteh".

Setiap songket yang dihasilkan Isye dan ketiga kawannya para ibu-ibu setempat, masih menggunakan alat tenun tradisional dengan alat bantu dinamo.


"Ini masih bisa dibilang tradisional, hanya dibantu dinamo saja biar tak begitu capek. Maklumlah kami ini ibu-ibu semua yang sudah cukup umur," ucapnya kepada wartawan Tribunbatam.id saat meliput.

Di tengah keasyikannya menunjukkan cara menenun, Isye bercerita jika kampung tenunan Mak Eteh ini lahir dari kelompok tenunan Dekranasda Anambas tahun 2013.

Seiring berjalannya waktu, hingga pada tahun 2016, Isye memberanikan diri membuka usaha kampung tenunan Mak Eteh.

"Saya nekat dengan modal sendiri membuka usaha tenunan karena yang sebelumnya sudah tak jalan. Niat saya hanya ingin melestarikan budaya tenunan songket khas motif Anambas agar tak hilang," tuturnya.

Untuk tenunan songket miliknya sudah mendapatkan hak kekayaan intelektual Kabupaten Anambas.

"Ada motif yang sudah dipatenkan, motif sampan layar, padang terbakar, pucuk rebung dan bulan purnama. Selain itu ada lagi ciptaan saya motif bagan dan cengkeh, hanya saja belum dipatenkan," sebutnya.

Usaha kampung tenun Mak Eteh saat ini berada dalam binaan Bank Indonesia.

Hasil tenunan songket khas Anambas ini sudah dipromosikan di sejumlah pameran, baik nasional maupun internasional.

Baca juga: Berkah Pengrajin Tahu di Lingga saat Ramadan, Produksi Naik 3 Kali Lipat

"Kalau pangsa pasar kami selain daerah Anambas juga ada dari negara luar seperti Singapura dan Thailand, tapi itu dibawa sama BI," jelasnya.

Harga songket yang mereka hasilkan bila dijual seharga Rp2,5 juta, komplit satu set laki-laki dan perempuan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved