Kisah Pengabdian Juniati, Guru Agama Kristen di Natuna Baru Diangkat PPPK Usia 58 Tahun

Tahun 2014, Yuni pertama kali menginjakkan kaki di Natuna.

Sempat kembali ke Surabaya, lalu pada 2017 ia menetap hingga sekarang.

Sudah delapan tahun ia mengabdi, berdampingan dengan masyarakat lokal dan umat Kristen lainnya.

Menariknya, tak pernah terbayang olehnya, suatu hari ia akan menyandang status aparatur sipil negara.

Berbekal dengan pendidikan terakhirnya sebagai lulusan S1 Teologia Kependetaan, Yuni gigih menghadirkan harapan bagi anak di ujung negeri.

“Awalnya hanya demi anak-anak dan umat, serta demi agama. Puji Tuhan, di tahap kedua PPPK ini jalan saya dipermudah hingga akhirnya lulus,” katanya haru.

Yuni juga mengisahkan awal pengabdiannya.

Pertama kali mengajar, ia hanya digaji Rp500 ribu per bulan dari pihak sekolah.

Tahun 2018, ia kemudian diangkat sebagai honorer kontrak dari Dinas Pendidikan dengan gaji Rp1,2 juta.

Kini, perjuangannya berbuah manis setelah resmi menyandang status PPPK.

Meski tak menikah, Juni mengaku tak pernah merasa kesepian.

Ia tinggal seorang diri di tanah rantau, namun merasa nyaman dengan toleransi yang tinggi di Sedanau.

“Awalnya saya orang kota, lalu hidup di Sedanau yang jauh dari hiruk pikuk. Tapi saya betah. Damai, tenang, dan penuh kebersamaan,” tuturnya.

Bagi Yuni, menjadi ASN di usia 58 tahun adalah anugerah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Rasanya senang sekali, terharu, dan bangga. Negara hadir menghargai pengabdian saya, meski sebentar lagi sudah mau pensiun,” tutupnya sambil tersenyum. (TribunBatam.id/Birri Fikrudin)