KISRUH REMPANG
Menilik Pesona Rempang Lewat Batu Keramat Datuk Panau di Kampung Pasir Panjang
Pesona Pulau Rempang lokasi investasi yang menjadi sorotan menyimpan hal yang menarik untuk diulas. Batu Keramat Datuk Panau misalnya.
Penulis: Ucik Suwaibah | Editor: Septyan Mulia Rohman
Penggunaan warna kuning begitu spesial bahkan penggunaannya terbatas kepada benda tertentu yang bernilai sakral.
Pada masa penjajahan saat penyebaran islam belum sampai ke pelosok daerah.
Baca juga: Relokasi Warga Rempang Terbaru, BP Batam Gelar Kenduri Akbar
Batu keramat tersebut banyak didatangi masyarakat setempat karena dianggap mampu memberikan keamanan, kesejahteraan, serta dipercaya mampu mengabulkan hajat bagi orang yang memiliki keinginan yang belum terwujud.
Dalam penjelasannya ia juga memberi petuah bagi pendatang yang mendatangi lokasi tersebut, termasuk saat TribunBatam.id mendatangi lokasi itu.
"Tapi perlu diingat, kalau orang macam kite ini nak sentuh batu tanpa permisi dulu ya pasti ada akibatnya. Tapi tak tahu pule nanti sampai rumah demam ke, atau kepala pusing ke," Pandi memberi petuah.
Ia menjelaskan, sebab batu ini merupakan keramat sewajarnya apabila datang ke lokasi baru untuk sekedar memberikan ucapan permisi.
Pandi kemudian melanjutkan, sebab masih adanya kepercayaan animisme waktu itu, saat islam mulai masuk, kepercayaan tersebut lambat laun mulai pudar, tak lagi banyak orang yang mendatangi batu keramat tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Islam mulai menyebar ditambah dengan naiknya permukaan air laut, membuat sejumlah rumah waktu itu terendam air.
Masyarakat kemudian perlahan meninggalkan kawasan tersebut dan berpindah ke tempat lain, diantaranya Sembulang, Rempang Cate, Monggak, dan adapula yang bertempat tak jauh dari kawasan ini yang kita kenal dengan kampung Pasir Panjang.
Yang mana mereka secara bertahap mulai menganut agama Islam dan kepercayaan dengan batu keramat tersebut memudar.
Jika dilihat sekitarnya, keberadaan batu keramat juga dikelilingi batu-batu kecil.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, batu tersebut merupakan anak-anak dan cucu dari Batu Keramat yang paling besar.
Kemudian, lokasi yang langsung berhadapan dengan lautan, tentu membuat hawa dingin disekitar Batu Keramat semakin menjadi.
Pohon giam yang tinggi dan berakar sampai ke permukaan juga menandakan pohon tersebut sudah berusia tua.
Kemudian, jejak peninggalan bekas perkampungan saat itu pun juga sudah tak terlihat karena saat ini yang terpampang jelas hanya sebuah hutan yang seperti tak pernah dihuni.
Warga Rempang Ziarahi Makam Leluhur, Peringati Setahun Lalu Bentrok dengan Aparat |
![]() |
---|
Terdakwa Aksi Bela Rempang Ini Dijerat UU ITE, Sidang Masih Bergulir di PN Batam |
![]() |
---|
Momen Mengharukan Keluar Dari Rutan, Supiandra Sebut Banyak Sekali Hal yang Dirindukan |
![]() |
---|
21 Orang Aksi Bela Rempang Bebas Hari Ini, Keluarga Menjemput di Rutan Batam |
![]() |
---|
Delapan Terdakwa Kasus Sidang Rempang Divonis Berbeda, Berikut Rinciannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.