KISRUH REMPANG
Polemik Investasi di Rempang dan Profil Perusahaan China Xinyi Glass
Berikut profil perusahaan China yang 'ngotot' tetap berinvestasi di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepri.
TRIBUNBATAM.id - Rencana investasi di Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) masih menimbulkan polemik.
Meski proyek Rempang Eco-City di Pulau Rempang telah memiliki investor, faktanya masih ada warga yang terdampak rencana proyek tersebut menolak direlokasi.
Jumlah warga yang bersedia direlokasi oleh BP Batam pun perlahan namun pasti jumlahnya terus bertambah.
Mereka ada yang menempati perumahan bahkan ruko.
Perusahaan China, Xinyi Glass diketahui akan berinvestasi di Pulau Rempang itu.
Perusahaan kaca yang disebut terbesar di dunia itu rencanaya akan berinvestasi senilai 11,5 miliar Dollar AS atau setara Rp 174 triliun sampai dengan 2080.
Baca juga: Perusahaan China Xinyi Group Tetap Investasi di Rempang Meski Berpolemik
Rencana itu sudah berbuah dalam dokumen MoU sekaligus perjanjian kerja sama yang ditandatangani Pemerintah Indonesia dengan China di Chendu pada 28 Juli 2023 lalu.
Perusahaan yang akan berinvestasi di kawasan proyek dengan luas kurang lebih 8.000 hektar itu berasal dari luar negeri.
Dikutip dari laman Kementerian Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), untuk tahap awal, kawasan Rempang sudah diminati oleh perusahaan asal China, yaitu Xinyi Glass.
Melansir laman resmi perusahaannya, Xinyi Glass Holdings Limited berkantor pusat di Hong Kong, China, dan berdiri pada tahun 1988 silam.
Perusahaan China ini juga terdaftar di papan utama Bursa Efek Hong Kong pada Februari 2005.
Sebagai salah satu produsen kaca terintegrasi terkemuka di dunia, Xinyi Glass bergerak pada lini bisnis produksi kaca float, kaca mobil, dan kaca arsitektur hemat energi berkualitas tinggi.
Baca juga: DPRD Kepri Ingatkan KPU Batam Soal Daftar Pemilih dan Tahapan Pemilu di Rempang
Di samping itu, memiliki jaringan penjualan yang mencakup lebih dari 130 negara dan wilayah di seluruh dunia.
Sejauh ini, Xinyi Glass telah mendirikan 12 basis manufaktur domestik pada zona ekonomi paling aktif di China.
Seperti Pearl River Delta, Yangtze River Delta, Bohai Economic Rim, Chengdu-Chongqing Economic Zone dan Beibu Gulf Economic Zone.
Xinyi Glass secara aktif juga mempromosikan bisnisnya secara global serta terus meningkatkan tata letak strategis global.
Bahkan telah mendirikan basis manufaktur luar negeri yaitu di Malaka, Malaysia tahun 2016.
Dengan kapitalisasi pasar lebih dari 51,6 miliar Dollar Hong Kong atau setara Rp 102,5 triliun (kurs Rp 1.987), Xinyi Glass kini memiliki total kawasan industri seluas lebih dari 9,15 juta meter persegi.
Kemudian, memiliki 15.000 karyawan, serta pendapatan lebih dari 12,6 miliar Dollar Hong Kong atau setara Rp 25,04 triliun (kurs Rp 1.987) pada paruh pertama tahun 2023.
Baca juga: Kepala BP Batam Kumpulkan Warga Rempang, Bahas Penangguhan Penahanan 35 Orang
KLAIM Menteri Investasi
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia sebelumnya menegaskan jika perusahaan China yang bergerak pada sektor kaca dan sejenisnya, Xinyi Group tetap berinvestasi di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Bahlil Lahadalia menegaskan itu melalui kanal YouTube Kementerian Investasi/BKPM yang diunggah pada Jumat (20/10/2023).
Klaim Bahlil Lahadalia itu merupakan bagian dari konferensi pers realisasi investasi triwulan III tahun 2023.
Dia tak memungkiri bahwa awalnya sempat terjadi kesalahan dalam hal komunikasi.
Namun sejauh ini kondisi di Rempang sudah mulai membaik. "Sekarang Rempang kita mulai lakukan pergeseran (dari tempat tinggal warga ke hunian sementara) baik-baik, hak-hak rakyat juga kita berikan dan kita tarik aparat keamanan," tukasnya.
Sebagai informasi, Xinyi Group atau Xinyi Glass Holdings Limited merupakan perusahaan yang disebut telah berkomitmen untuk menanamkan modalnya dalam proyek Rempang Eco-City.
Baca juga: Relokasi Warga Rempang Terbaru, 4 KK Pilih Tinggal di Ruko
Perusahaan kaca yang disebut terbesar di dunia itu rencanaya akan berinvestasi senilai 11,5 miliar Dollar AS atau setara Rp 174 triliun sampai dengan tahun 2080.
Rencana itu juga sudah tertuang dalam dokumen kerja sama yang ditandatangani Pemerintah Indonesia dengan China di Chendu pada 28 Juli 2023 lalu.
"Jadi saya pastikan bahwa Xinyi, InsyaAllah sampai dengan hari ini saya ngomong ini, clear, masuk, dan saya sudah cek," ujar Bahlil Lahadalia.
Ia kembali menegaskan komitmen investasi dari Xinyi Group dikhawatirkan terpengaruhi oleh konflik antara pemerintah dengan masyarakat di Pulau Rempang yang sempat terjadi beberapa waktu lalu.
Menurut dia, dari investasi dan pembangunan kawasan industri tersebut nantinya dapat menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia.
"Investasi ini betul-betul akan memakai tenaga kerja kurang lebih sekitar 35 ribu orang karena ini adalah hilirisasi pasir kuarsa dan silika yang salah satu akan kita lakukan di Rempang ini," ujarnya seperti melansir Kompas.com.(TribunBatam.id/Aminuddin/Bereslumbantobing) (Kompas.com)
Warga Rempang Ziarahi Makam Leluhur, Peringati Setahun Lalu Bentrok dengan Aparat |
![]() |
---|
Terdakwa Aksi Bela Rempang Ini Dijerat UU ITE, Sidang Masih Bergulir di PN Batam |
![]() |
---|
Momen Mengharukan Keluar Dari Rutan, Supiandra Sebut Banyak Sekali Hal yang Dirindukan |
![]() |
---|
21 Orang Aksi Bela Rempang Bebas Hari Ini, Keluarga Menjemput di Rutan Batam |
![]() |
---|
Delapan Terdakwa Kasus Sidang Rempang Divonis Berbeda, Berikut Rinciannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.